Harian Nusantara, BOGOR – Jelang pelaksanaan pencoblosan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 yang akan dilakukan pada 27 November mendatang, Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Republik Indonesia, Bima Arya cek kesiapan di Gudang Logistik, Gedung Wanita, Kota Bogor, Jumat (22/11/2024).
Dalam kunjungannya, ada beberapa hal yang ingin dipastikan Bima jelang pencoblosan. Terutama koordinasi yang baik pemerintah daerah dengan semua stakeholder. Lainnya adalah tentang kelengkapan, kesiapan, dan kordinasi diatribusi logistik.
Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor, Hery Antasari mengatakan hingga saat ini proses menuju hari pencoblosan terbilang aman. Termasuk permasalahan logistik.
“Yang belum selesai tadi ada logistik di tiga TPS untuk Cagub dan Cawagub itu belum datang ke kita. Sehingga, belum bisa kita masukan ke kotaknya. Yang lainnya, 1.527 TPS selesai,” ungkap Hery mendampingi Wamen.
Masih kata Hery, pendistribusian akan dilakukan sejak masa kampanye berakhir. Dimulai dari gudang logistik menuju ke gudang di tingkat kecamatan. Hari berikutnya, dari kecamatan ke kelurahan. Dan H-1 baru didistribusikan ke masing – masing TPS.
“Insyaallah aman. Yang saya khawatirkan adalah cuaca yang tidak bisa diprediksikan. Tapi, itu juga sudah kita antisipasi,” kata Hery menutup.
Terkait hal tersebut, komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bogor mencatat, ada sekitar 78 TPS yang rawan bencana. Meski begitu, mitigasi yang dilakukan sudah dinilai baik oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Sementara, Wamendagri RI, Bima Arya menegaskan agar maksimalisasi jemput bola untuk hak-hak pilih bagi pemilih pemula. Termasuk juga lansia, disabilitas, dan masyarakat terlantar. Dan terakhir adalah netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Kita jaga kondusifitas sampai hari pencoblosan. Kita pastikan tidak ada yang berpihak. ASN ini fokus pada melayani dan betul-betul berdiri di atas segalanya. Tadi dijelaskan ya Pak Pj Wali Kota dengan semua KPU, Bawaslu, Forkopimda di Kota Bogor. Semua dikoordinasikan dengan sangat baik,” kata Bima.
Sehingga, harapannya Kota Bogor bisa menjadi contoh dan menginspirasi kota lainnya. Memang, khusus di Jawa Barat kata Bima, ada peta kerawanan yang terindikasi terjadi di wilayah tersebut.
“Konstelasi paslon (pasangan calon) semakin banyak, tentu indikasi kerawanannya semakin tinggi. Kemudian juga konstelasi berdasarkan landscape demografis, etnis, potensi konflik secara laten. Kemudian cuaca, bencana juga dihitung,” katanya.
Untuk Kota Bogor sendiri, mengingat demografis yang rawan bencana, maka masuk dalam salah satu indikator kerawanan tersebut. Bima menjelaskan, ada 27 indikator yang digunakan oleh Kementerian Dalam Negeri untuk mengukur tingkat kerawanan Pilkada.
“Kalau Bogor agak tinggi cuacanya karena kota hujan, kira-kira begitu. Tempat-tempat lain karena banjir, konflik etnis dan lain sebagainya. Tapi saya kira Bogor kategorinya baik, di Jawa Barat termasuk baik,” ungkapnya. (R-007)