KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ekonom senior Mari Elka Pangestu membeberkan sebagian strategi pada menggenjot penerimaan pajak, yakni melakukan ekstensifikasi basis pajak, perbaikan administrasi pajak, termasuk pada dalamnya digitalisasi layanan.
“Jadi sistem elektronik plus memperbaiki administrasi pajak menurut berubah-ubah analisa yang digunakan saya lihat itu sanggup meningkatkan sampai 2% tax to GDP ratio kita,” kata Mari seusai acara Seminar Nasional Jesuit Indonesi ke Jakarta, Kamis (30/5).
Mari juga mengingatkan ketika ini berbagai pihak yang mana mulai berpikir tentang pengenaan pajak melawan harta kekayaan atau wealth tax. Namun ada konsekuensi buruk dari penerapan pajak kekayaan apabila diterapkan pada Indonesia.
“Mungkin sejumlah pemukim yang mana memaparkan bagaimana dengan wealth tax. Jadi bukanlah pendapatannya yang tersebut dalam tax tapi kekayaannya yang dimaksud kena pajak. Tapi itu juga mungkin saja ada konsekuensi juga untuk khalayak yang isitilahnya bukanlah berdomisili pada Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menyoroti rencana pemerintah yang mana akan mendirikan Badan Penerimaan Negara (BPN). Menurutnya, BPN sebagai lembaga pemungut pajak dapat melaksanakan perluasan pihak kena pajak atau ekstensifikasi basis pajak.
“Yang berubah menjadi pertanyaan apakah secara lembaga juga secara menjalankan tugasnya itu apakah lebih besar baik kalau dipisah,” ucapnya.
Sebagai tambahan informasi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi penerimaan pajak pada Januari hingga April 2024 sebesar Simbol Rupiah 624,19 triliun. Angka ini setara 31,38% dari target Anggaran Pendapatan serta Belanja Negara (APBN) 2024.
Penerimaan pajak yang dimaksud terkoreksi cukup pada mencapai 9,29% secara tahunan (yoy), dibandingkan periode yang mana identik tahun berikutnya dengan realisasi penerimaan pajak mencapai Rupiah 688,15 triliun.
Artikel ini disadur dari Ekonom Senior Mari Elka Pangestu Beberkan Strategi Genjot Penerimaan Pajak
